Ekspektasi dari program-program diversifikasi pangan adalah menjadikan masyarakat sehat dan tidak tergantung dengan makanan yang selama ini dikonsumsi secara berlanjut.
Sebenarnya upaya diversifikasi pangan di kota sudah banyak mendapatkan respon. Masyarakat kota lebih cenderung mengurangi konsumsi makanan pokok, hal ini dilihat dari pola konsumsi yang lebih mengarah ke makanan ringan atau siap saji seperti mie instan, snack, dll. Selain kesibukan, minat terhadap makanan jenis ini sangat tinggi.
Bagaimana dengan di desa?
Sumber makanan pada umumnya berasal dari daerah pedesaan dimana masyarakatnya berprofesi sebagai petani, nelayan dan pekebun. kuantitas sumber daya alam yang tinggi mengakibatkan pola konsumsi yang tidak beragam. Dimana masyarakat lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang sudah menjadi kebiasaanya dan tidak lekas menerima inovasi yang di gaungkan oleh berbagai pihak, contohnya akademisi. Padahal, jika inovasi makanan dilakukan maka sumber daya alamnya akan lebih ekonomis dan menjadikan masyarakat lebih baik kehidupanya.
Sebagai contoh saya pernah membuat bakso dari ikan lele, produk ini sudah banyak di lakukan penelitian oleh akademisi namun tidak mendapat respon dari masyarakat. Kalau dilihat dari jumlah ikan lele dipedesaan pun berlimpah, namun daya gunanya sangat minim. Kebanyakan masyarakat menjual hidup-hidup dengan harga normal. Seandainya dibuat bakso, justru akan menaikan daya jual produk ini. Selain itu dari segi pemenuhan gizipun. Proses pembuatan bakso lele ini cukup mudah. Pertama-tama, ikan lele dibersihkan kemudian dipisahkan antara daging dan tulangnya. Siapkan bumbu bawang merah, bawang putih, lada, jahe, dan garam. Campur lele dan bumbu serta haluskan menggunakan penggiling daging atau blender. Sedikit demi sedikit tambahkan tepung tapioka. Selama pengeringan tambahkan es batu sedikit demi sedikit sebanyak 7%. Penambahan es batu ini untuk mendapatkan tingkat emulsi yang baik. Selanjutnya cetak adonan menggunakan alat pencetak bakso atau secara manual. Kemudian masukkan ke dalam air panas, bakso yang matang akan terapung ke permukaan.
Trend Keberagaman Pangan Konsumen menginginkan lebih banyak pilihan pangan, bahan tambahan yang lebih sedikit tetapi dengan rasa dan kualitas yang lebih baik. Berdasarkan prilaku konsumen, trend industri pangan didasarkan pada: Convenience & QualityKonsumen masih menginginkan pangan yang memberikan kenyamanan, Cepat, segar, sehat, lezat, serta memberikan pengalaman yang memuaskan, dengan harga yang lebih murah. Termasuk kemudahan memperoleh, mudah dalam pembersihan dan mempersiapan, nutrisi yang baik, serta flavour yang baik. Contoh: fresh fruid & vegetables from local produce market.
Health & Wellness Konsumen mencari berbagai Cara untuk meningkatkan kesehatannya melalui apa yang mereka makan dan bagaimana pangan tersebut mempengaruhi kesehatan. Trend pangan yang mengandung probiotik, prebiotik dan pangan fungsional. Contoh: Activia yogurt, dan pangan tanpa bahan pewarna dan flavour tambahan Sophistication. Variasi kuliner etnik dan minuman eksotik dari Asia dan Mediterania, serta penggabungan rasa dan flavour khas dari negara yang berbeda. Contoh: Rasa serai pada Kari, flavour strawberi dan kiwi pada Coklat. Sophistication & Pleasure/fun Keinginan konsumen untuk memperoleh kepuasan dan kesenangan melalui eksotic foods, drinks and miracle fruits, selain dari rasa yang berbeda. Contoh: dried ranberries with omega-3, Giant Cheetos snaCks by Frito-Lay, natural sweetener (stevia), fusion foods.
Aspek alami dan kemurnian merupakan kunci untuk apa yang konsumen dicari ketika memilih nilai tambah produk. Persepsi konsumen yang alami sering berarti sehat memberikan dorongan untuk inovasi dalam bahan alami.
Dengan pemikiran ini, sebuah studi konsumen internasional menunjukkan bahwa, bagi konsumen, klaim nilai tambah dalam minuman yang diberikan kredibilitas lebih besar, jika produk tersebut mengandung potongan buah asli atau sayuran. Hal ini dapat menjadi cara yang efektif untuk meluncurkan produk dalam suatu kategori baru, atau manfaat yang unik yang dapat digunakan sebagai cara untuk membuat ruang dalam suatu kategori pasar yang ada (apfood,2011).
* Kontributor: Hermawan Wahyu Saputra (www.kitafood.wordpress.com)
Daftar Pustaka
- Asia pasifik food industry, 2011
- Ciputra Entrepreneurship, 2010
- Gayatri_Indah_Cahyani