Kamis, 23 September 2010
Idealisme Menjadi Mahasiswa
“hidup tanpa tujuan yang jelas, maka tak akan mendapatkan kepuasan apapun…”
Idealisme
Seringkali idealis menjadi buah simalakama di kalangan mahasiswa, karena banyak anggapan bahwa idealis menjadikan sikap kaku tanpa kompromi, tetapi pandangan sempit akan hal ini membuat mahasiswa harus berfikir secara realistis, bahwa hidup tanpa tujuan yang jelas, maka tak akan mendapatkan kepuasan apapun. Benar saja ketika kita melangkah tanpa suatu point yang akan dituju maka pandangan akan membaur kemana arah berada. Dan tak ayal apa tujuan kita sangat lambat untuk ditempuh.
Tujuan yang jelas sangat diperlukan untuk memacu semangat dalam menghadapi kehidupan, terutama lingkungan kampus yang sangat berbeda dengan lingkungan sekitar rumah maupun lingkungan sekolah yang sudah ditinggalkan, kehidupan sama sekali tak sama. Di lingkungan kampus, perang idealis bukan hal yang unik. Tetapi menggunakan cara-cara yang unik. Sehingga pemantapan akan idealis menjadi kunci pokok, sebelum memantapkan sikap-sikap lain dalam rangka menjadi mahasiswa yang lebih!.
Idealis yang kita mantapkan, sangat lebih arif jika di integrasikan dengan religius idealisme, konsep pendekatan kepada Tuhan YME, merupakan sikap bijaksana dalam menjalani kehidupan di lingkungan kampus.
Mengapa?
Tak bisa dipungkiri saking beragamnya idealisme di lingkungan kampus membuat kita bingung untuk membuntutinya, dan banyak juga yang tak patut untuk di buntuti. Tertutama dalam hal beribadat, meskipun kita kekeuh dalam pandangan sebagai insan bertuhan, yang semestinya menjalankan peribadatan secara kontinuitas sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing keyakinanya. Sebagai insan cendekia, kita harus berani mengambil satu arah kehidupan, tentu arah yang tidak berseberangan dengan nilai-nilai keyakinanya. Memang saling tarik menarik antar arah itu sungguh ketara sekali di lingkungan kampus.
Bijak memilih kegiatan kemahasiswaan untuk menjaga arah kehidupan.
Sungguh luar biasa kegiatan kemahasiswaan mempengaruhi sikap kita. Karena di tempat inilah arah kehidupan kita dibentuk dengan berbagai tuntutan-tuntunan mematuhi AD/ART organisasi, sehingga secara tidak langsung jiwa berloyalitas terhadap aturan-aturan itu kian menyala, dan alhasil mengubah arah kehidupan.
Organisasi kemahasiswaan menjadi wadah pemantapan arah kehidupan di kampus.
Kita tak harus menampik setiap kegiatan kampus dengan alasan tak sesuai dengan pandangan hidup. Yang diperlukan adalah sikap selekif dengan memilah mana yang masih sejalan dengan pandangan hidup kita, tentunya kita harus berlapang dada dalam menolaknya, anarkisme bukan jalan terbaik untuk itu.
Kita memungkinkan tak sejalan dengan mahasiswa yang lain, maka utarakan dengan cara terbaik,
“silakan anda jalankan apa yang anda anggap benar, tetapi menurut saya yang benar seperti ini,…..” berargumen sudah cukup memuaskan anda.
Pertahanan.
Seperti yang sudah terutara di depan, bahwa perang idealis bukan hal unik tetapi dengan cara yang unik. Disinilah sikap pertahanan diperlukan, karena sebuah kesadaran akan bermain disini. Banyak diantara kawan akrab berbalik dari arah hidup awalnya. Karena “nggak enak nolak ajakan dia..” sehingga kunci kehidupan kita mudah terbobol dan diri kita tak lagi murni arah fikiran. Keindependensian kita sedikit demi sedikit terkikis dan inilah saat labil. Diri kita mulai tak ada pegangan lagi,
“ seperti planet lepas dari orbitnya, kemungkinan terlempar, atau hancur sebelum terlempar”, begitu juga insan yang tak mampu bertahan dari rongrongan pandangan hidup rival-nya. Akan tersingkir dari kompetisi hidup bahkan hancur sebelum berkompetisi.
I LOVE YOU 21.00