Selasa, 28 September 2010
Bersyukur membunuh gairah hidup!
Sikap bersyukur memang digembor-gemborkan oleh banyak kalangan terutama orang agamis yang memang memahami betul bagaimana menunjukan suatu apresiasi terhadap apa yang didapat saat itu. Bersyukur diyakini dapat memberi impuls positif terhadap langkah kehidupan. Baik didalam mengarungi bahtera kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Hingga saat ini, banyak diantara insan bertanya-tanya mengapa harus bersyukur?, yang paling logis adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap hadiah yang maha kuasa. Tetapi banyak dikalangan insan manusia berfikiran yang beda akan hal ini, terutama sikap didalam mensyukuri akan anugerah yang kuasa. Kesalahan-kesalahan itulah yang mengakibatkan penurunan nilai sebuah syukur. Sebagai contoh sikap ugal-ugalan yang dilakukan pelajar didalam mensyukuri kelulusanya. Sikap bias itu membuat geli dikalangan masyarakat, yang mengakibatkan ketidak tinggian sebuah syukur.
Mensyukuri semua hal didalam kehidupan.
Justru syukur membuat sebuah hal yang beda didalam sebuah kehidupan, mempunyai makna yang begitu tinggi. Bersyukur kepada tuhan akan memberi nilai lebih. Nilai itulah yang menjadi kebanggaan dalam hidup. Bersyukur merangsang kita untuk mengubah kehidupan.
Namun dibalik itu, ada hal yang tak bisa lepas dari tingginya arti sebuah kesyukuran. Yakni kegagalan kita dalam mengendalikan kebanggaan diri akan hal ini. Kebanyakan insan lenggah akibat “merasa” sudah dilihat oleh yang maha kuasa, sehingga tak lagi menatap masa depan.
“aku sudah mendapatkan , saya sangat bersyukur…”, manusia tak bisa berhenti sampai pada titik kepuasan itu. Sikap melanjutkan aktivitas setelah disyukuri adalah hal yang wajib dilakukan. Karena tak mungkin kita mengubah kehidupan tanpa campur tangan diri sendiri, meskipun doa merupakan jembatan kesuksesan itu. Yang terpenting adalah keberlanjutan gairah dalam hidup menjadi kunci. Janganlah menumpukan hidup atas sebuah syukur.
Label: Syukur
I LOVE YOU 19.32
Senin, 27 September 2010
Remaja bukan mesin cinta
Media masa sangat gencar memproklamirkan banyak hal tentang kehidupan remaja yang uptodate masa kini. Pernyataan yang berbentuk tayangan-tayangan seputar perhelatan cinta antar remaja. Banyak reality show yang mendukungnya, sehingga mampu mengubah arah pandang remaja sekarang dari berfikir masa depan ke berfikir masa cinta. Sehingga banyak yang berlomba menggapai sebuah percintaan baik remaja putra maupun putri. Penetrasi inilah mengakibatkan menurunya kualitas berfikir remaja.
Sebenarnya sudah banyak hal yang mejadi akibatnya, sebagai contoh ketidak stabilan emosional yang menimbulkan sikap anarkisme kepada lawan jenis bahkan dirinya sendiri.
Sebenarnya perkembangan sebuah percintaan yang saat ini menjadi trend, pada dasarnya membelakangi keinginan sosial. Mengapa begitu? Keinginan sosial lebih mengarah pada sikap sewajarnya sebagai insan yang tercipta dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tetapi pertumbuhan yang tidak sesuai, membuat arus percintaan menjadi kebutuhan,-bukan kewajiban- lagi untuk saling mengasihi. Inilah pemahaman kurang baik oleh kalangan remaja sekarang.
Sehingga pasangan kini menjadi sebuah aset lifestyle, remaja berlomba mendapatkan pasangan yang perfect, bukan lagi pasangan yang respect kepada kita. Sebetulnya ini sangat merugikan untuk diri sendiri. “ tak apalah saya tak dihargai dia karena dia lebih kaya dari saya, tetapi dia sangat cantik”. Tak terasa kita menjadi korban sebuah trend.
Mesin cinta?
Iya sudah banyak yang dikorbankan demi menggapai percintaan yang memuaskan batin. Bukan karena kewajiban untuk saling mencintai. Karena tuntutan tren inilah ada baiknya memproklamrkan diri “ saya bukan mesin percintaan”, mengapa? Sudah paham semua bahwa mesin tak mempunyai mindset dan arah pemikiran. Hanya apa meskipun di pakai sepanjang waktu. Begitu juga kita, ketika telah memasuki dunia percintaan, maka semua sudut pandang dalam hidup sudah buntu. Hanya berkutat pada bagaimana sebisa mungkin mendapatkan pasangan yang sempurna, tanpa berfikir akan harga dir
Label: Remaja
I LOVE YOU 17.06
Kamis, 23 September 2010
Idealisme Menjadi Mahasiswa
“hidup tanpa tujuan yang jelas, maka tak akan mendapatkan kepuasan apapun…”
Idealisme
Seringkali idealis menjadi buah simalakama di kalangan mahasiswa, karena banyak anggapan bahwa idealis menjadikan sikap kaku tanpa kompromi, tetapi pandangan sempit akan hal ini membuat mahasiswa harus berfikir secara realistis, bahwa hidup tanpa tujuan yang jelas, maka tak akan mendapatkan kepuasan apapun. Benar saja ketika kita melangkah tanpa suatu point yang akan dituju maka pandangan akan membaur kemana arah berada. Dan tak ayal apa tujuan kita sangat lambat untuk ditempuh.
Tujuan yang jelas sangat diperlukan untuk memacu semangat dalam menghadapi kehidupan, terutama lingkungan kampus yang sangat berbeda dengan lingkungan sekitar rumah maupun lingkungan sekolah yang sudah ditinggalkan, kehidupan sama sekali tak sama. Di lingkungan kampus, perang idealis bukan hal yang unik. Tetapi menggunakan cara-cara yang unik. Sehingga pemantapan akan idealis menjadi kunci pokok, sebelum memantapkan sikap-sikap lain dalam rangka menjadi mahasiswa yang lebih!.
Idealis yang kita mantapkan, sangat lebih arif jika di integrasikan dengan religius idealisme, konsep pendekatan kepada Tuhan YME, merupakan sikap bijaksana dalam menjalani kehidupan di lingkungan kampus.
Mengapa?
Tak bisa dipungkiri saking beragamnya idealisme di lingkungan kampus membuat kita bingung untuk membuntutinya, dan banyak juga yang tak patut untuk di buntuti. Tertutama dalam hal beribadat, meskipun kita kekeuh dalam pandangan sebagai insan bertuhan, yang semestinya menjalankan peribadatan secara kontinuitas sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing keyakinanya. Sebagai insan cendekia, kita harus berani mengambil satu arah kehidupan, tentu arah yang tidak berseberangan dengan nilai-nilai keyakinanya. Memang saling tarik menarik antar arah itu sungguh ketara sekali di lingkungan kampus.
Bijak memilih kegiatan kemahasiswaan untuk menjaga arah kehidupan.
Sungguh luar biasa kegiatan kemahasiswaan mempengaruhi sikap kita. Karena di tempat inilah arah kehidupan kita dibentuk dengan berbagai tuntutan-tuntunan mematuhi AD/ART organisasi, sehingga secara tidak langsung jiwa berloyalitas terhadap aturan-aturan itu kian menyala, dan alhasil mengubah arah kehidupan.
Organisasi kemahasiswaan menjadi wadah pemantapan arah kehidupan di kampus.
Kita tak harus menampik setiap kegiatan kampus dengan alasan tak sesuai dengan pandangan hidup. Yang diperlukan adalah sikap selekif dengan memilah mana yang masih sejalan dengan pandangan hidup kita, tentunya kita harus berlapang dada dalam menolaknya, anarkisme bukan jalan terbaik untuk itu.
Kita memungkinkan tak sejalan dengan mahasiswa yang lain, maka utarakan dengan cara terbaik,
“silakan anda jalankan apa yang anda anggap benar, tetapi menurut saya yang benar seperti ini,…..” berargumen sudah cukup memuaskan anda.
Pertahanan.
Seperti yang sudah terutara di depan, bahwa perang idealis bukan hal unik tetapi dengan cara yang unik. Disinilah sikap pertahanan diperlukan, karena sebuah kesadaran akan bermain disini. Banyak diantara kawan akrab berbalik dari arah hidup awalnya. Karena “nggak enak nolak ajakan dia..” sehingga kunci kehidupan kita mudah terbobol dan diri kita tak lagi murni arah fikiran. Keindependensian kita sedikit demi sedikit terkikis dan inilah saat labil. Diri kita mulai tak ada pegangan lagi,
“ seperti planet lepas dari orbitnya, kemungkinan terlempar, atau hancur sebelum terlempar”, begitu juga insan yang tak mampu bertahan dari rongrongan pandangan hidup rival-nya. Akan tersingkir dari kompetisi hidup bahkan hancur sebelum berkompetisi.
I LOVE YOU 21.00
Petani Partneran Bisa Sukses
Belum lama ini saya terkejut membaca sebuah katalog salah satu multilevel marketing terkemuka di Indonesia, ternyata hasil pertanian yang pada asalnya tidak memiliki nilai jual tinggi bahkan jika di selling ke tengkulak harganya cukup jauh, namun setelah hasil bumi itu di kelola oleh sebuah perusahan kecil dan menengah (UKM), harganya bersaing dengan produk yang sudah go nasional, apa yang menyebabkan ini?
Pertama petani sangat membutuhkan media parter untuk mengelola hasil buminya, meskipun telah banyak program-program pendidikan yang diberikan, hal itu tidak mengubah cara berfikir petani yang kebanyakan hanya berorientasi pada produce tanpa memperhatikan keberlanjutan hasil buminya.
Pada beberapa perbincangan langsung dengan petani, kesimpulan yang dapat di tarik adalah petani tak mampu mencari relationship dalam menjual hasil buminya, lagi-lagi masalah markting terus membayangi petani yang mayoritas dari keseluruhan penduduk Indonesia.
Tidak terbatas pada perjanjian parterisasi saja, pada umumnya petani membutuhkan pembinaan selama penanaman. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil bumi yang akan dihasilkan, pembinaan ini dimulai dari persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan sampai panen dan bagaimana pengelolaan pasca panen. Setelah itu pengelolaan hasil bumi dapat di serahkan kepada perusahaan dengan tenaga kerja penduduk setempat.
Hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan nilai jual hasil bumi tersebut adalah kerjasama dengan perusahaan yang telah terpercaya, secara tidak langsung konsumen pun menyadari betapa harsnya membeli produk dari perusahaan yang kompeten, selain itu merk yang menjanjikan kepuasan, mengapa merk adalah yang utama. Karena merupakan daya tarik pertama. Bagaimana anda mau membeli produk jika dihadapan anda terpampang nama dagang “ keripik emboh” apa yang anda fikirkan jika “ keripik Qe-tello Java”. Tak pelak
I LOVE YOU 20.58